Suatu masyarakat dan bangsa akan disebut sebagai masyarakat dan bangsa yang maju manakala memiliki peradaban yang tinggi dan akhlak yang mulia, meskipun dari segi ilmu pengetahuan dan teknologi masih sangat sederhana. Sedangkan pada masyarakat dan bangsa yang meskipun kehidupannya dijalani dengan teknologi yang modern dan canggih, tapi tidak memiliki peradaban atau akhlak yang mulia, maka masyarakat dan bangsa itu disebut sebagai masyarakat dan bangsa yang terbelakang dan tidak menggapai kemajuan.
Untuk bisa merwujudkan masyarakat dan bangsa yang berakhlak mulia dengan peradaban yang tinggi, diperlukan pemimpin dengan akhlak yang mulia. Khalifah Abu Bakar Ash Shiddik ketika menyampaikan pidato pertamanya sebagai khalifah mengemukakan hal-hal yang mencerminkan bagaimana seharusnya akhlak seorang pemimpin. Dalam pidato itu beliau mengemukakan:
Di salah satu sudut sekolah, duduklah seorang lelaki. Dengan asyiknya, ia membaca novel Indonesia yang ia pinjam dari perpustakaan sekolah. Tak beberapa lama kemudian, datanglah seorang teman. Menghampirinya seraya berkata, “ Hey, Man!”, “ Eh kamu Iz. Aku kirain siapa.”, jawab yang membaca novel tadi. “ Ayo kita ke kelas.”. “ Ngapain”. “ kita dicari Ernezt di kelas.”. dari arah belakang, seorang gadis memanggil.” Arman, Muiz, sini cepet ada yang ingin aku omongin!”,teriak gadis itu. “ya, sebentar.”jawab Muiz. “ Ada apaan sih, kok rasanya penting amat.” ,tanya Arman. Jawab Muiz,” Udah tak usah banyak tanya. Pokoknya ayo ke kelas dulu. Nanti pulang sekolah aku traktir makan di kantin sekolah.”. “ Ya udah, tapi nanti jangan lupanya janjinya” Tukas Arman.” Ya…ya.. .“.
'Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah RasulNya, dan ulil amri di antara kamu.' (Q.S. an-Nisa:59)
'Orang mukmin adalah cermin bagi mukmin lainnya.' (H.R. At Thabrani)
Bahwa seorang mukmin dapat mengenali kekurangannya dari mukmin lainnya, sehingga ia laksana cermin bagi dirinya.
Islam juga menganjurkan dan mengajak penganutnya agar sebagian mereka mencintai sebagian yang lain, dimana diantaranya engkau berharap agar saudaramu masuk Surga dan dijauhkan dari api Neraka. Tak sebatas mengharap, namun berupaya keras dan maksimal menyediakan berbagai sarana dari hal-hal yang membahayakan dan merugikannya, di dunia maupun di akhirat kelak.
Allah Subhaanahu wa Ta'ala, dalam Q.S. Al Ahzab : 59 berfirman :
'Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu, dan isteri-isteri orang mukmin, 'Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka'. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha penyayang.'