Selasa, 19 Oktober 2010

ANTARA SAHABAT DAN CINTA


Di salah satu sudut sekolah, duduklah seorang lelaki. Dengan asyiknya, ia membaca novel Indonesia yang ia pinjam dari perpustakaan sekolah. Tak beberapa lama kemudian, datanglah seorang teman. Menghampirinya seraya berkata, “ Hey, Man!”, “ Eh kamu Iz. Aku kirain siapa.”, jawab yang membaca novel tadi. “ Ayo kita ke kelas.”. “ Ngapain”. “ kita dicari Ernezt di kelas.”. dari arah belakang, seorang gadis memanggil.” Arman, Muiz, sini cepet ada yang ingin aku omongin!”,teriak gadis itu. “ya, sebentar.”jawab Muiz. “ Ada apaan sih, kok rasanya penting amat.” ,tanya Arman. Jawab Muiz,” Udah tak usah banyak tanya. Pokoknya ayo ke kelas dulu. Nanti pulang sekolah aku traktir makan di kantin sekolah.”. “ Ya udah, tapi nanti jangan lupanya janjinya” Tukas Arman.” Ya…ya.. .“.




“Ada apa gerangan kau memanggil kami berdua.”kata Arman kepada Ernezt. Jawab Ernezt, “ sebetulnya cuma kamu yang kupanggil karena temanmu ini udah tahu apa yang ingin diomongin.”. Begini aku ingin ajak kau dan temanmu ini ke Gramedia nanti pulang sekolah,”ujar Ernezt.” Pulang sekolah,…. Gimana ya,”. Ayolah, please, kasihan temanmu tak punya teman.”. bukannya Muiz sudah punya teman ke sana, Ernezt.”,kata Arman seraya memincingkan mata ke arah Muiz.” Bukannya gitu, Man. Aku tak punya hubungan special terhadap Ernezt. Sumpah.”,tukas Muiz, seakan- akan ia menyembuyikan sesuatu dari hadapan Arman.” Ha…ha…ha…sampai begitunya, bercanda kok, ya udah aku ikut.” kata Arman. “ Hore… Arman ikut, jadi kamu Iz tak kesepian lagi.” , kata Ernezt.
Siang itu mereka bertiga berangkat ke toko buku itu. Seperti biasa, Ernezt membonceng Muiz. Sedangkan Arman sendiri. Inilah yang dirasakan Arman, dulu sebelum ada Ernezt, hubungan antara Arman dengan Muiz baik- baik saja. Setelah gadis itu muncul di tengah-tengah mereka, keadaan menjadi berubah. Persahabatan antara Arman dengan Muiz sedikit regang. Muiz lebih sering bersama Ernezt daripada dengan Arman. Belajar bersama pun kalau tidak ada Ernezt, Muiz ogah-ogahan ikut. Arman merasa Muiz menjauhi dia. Tapi tidak dengan Muiz. Sepertinya dia tidak merasakan apa yang dirasakan oleh Arman. Biasa saja, seakan tidak terjadi apa-apa. Keadaan pun bisa ditebak. Di Gramedia, Muiz selalu berdekatan dengan Ernezt.Sedangkan Arman, tak ia gubris. Inilah yang tak diinginkan oleh Arman. Arman tidak mau berangkat sebelumnya karena keadaan ini. Keadaan di mana ia seperti benalu yang dipaksakan tumbuh di bunga mawar, padahal benalu itu tak mau tumbuh di bunga itu, karena ada duri yang tajam dan bisa merusak benalu.
Lama- kelamaan keadaan bisa ditebak. Kalau jadi paranormal, Arman yang paling ahli dalam bidang ini. Hubungan ‘spesial’ antara Muiz dan Ernezt berkembang menjadi cinta yang tertaut. Maka semakin jauh Arman dari mereka. Memang kadang mereka bercakap-cakap, tapi frekuensinya tidak seperti dulu. Lulus SMA mereka tambah mesra saja. Apalagi di peguruan tinggi, mereka satu fakultas. Arman memang satu perguruan tinggi tapi beda fakultas. Tanpa terasa wisuda mahasiswa tiba. Arman lulus bersama dengan Muiz dan Ernezt. Walaupun terasa jauh, tapi untuk pertama kali sejak lulus SMA mereka menghubungi Arman untuk mengajaknya ke kafe dekat kampus. Perayaan kecil-kecilan kata Muiz.
Tak seperti biasanya dan ini benar-benar tak biasa. Arman disuruh Muiz untuk menjemput Ernezt. Ini benar-benar diluar kebiasaan. Arman lakukan pekerjaan itu. Sampailah di tempat yang dijanjikan. Arman dan Ernezt masuk dan mereka duduk di sudut kafe dekat meja resepsionis. Mereka memesan 3 buah lemon tea. Hampir 1 jam mereka menunggu Muiz. Arman berkata,” Lama amat pacarmu itu.”. “ tak tahu aku, aku sudah SMS ke Hp-nya tapi belum dibalas.” Jawab Ernezt. “ coba kamu telepon.” Kata Arman.” Aku coba dulu.”.” Wah mail-box” kata Ernezt. “ perasaanku tak enak nih.”, kata Arman. “ jangan gitu Man, aku jadi takut kalo ada apa-apa dengannya.”, tukas Ernezt. Setelah percakapan itu, Hp Ernezt berbunyi. Di layar Hp, tertulis nama Muiz. Segera ia mengangkat telpon itu. Tapi sungguh kecewa,di seberang telpon bukan suara Muiz. Dia mengatakan bahwa Muiz kecelakaan dan sekarang ia sedang dibawa ke rumah sakit. ,Mendengar pernyataan tadi, Ernezt menangis dan hampir pingsan. Hampir jatuh Ernezt dan Hp-nya jika tidak ada Arman yang menangkapnya. Mengambil Hp dari tangan Ernezt dan bertanya kepada yang diseberang telpon tentang berita itu. Setelah memahami berita itu, ia lalu menutup telepon dan membangunkan Ernezt. Mengajak Ernezt untuk segera ke rumah sakit untuk melihat keadaan Muiz.
Sesampainya di rumah sakit, mereka langsung ke ICU. Melihat keluarga Muiz yang cemas dengan keadaan anaknya. Tak beberapa lama kemudian, dokter keluar dari ruangan ICU. Semua kerabat mendekati dokter tak terkecuali Ernezt dan Arman. Mendengar penjelasan dari dokter, Arman merasa kasihan dan terasa bulir air mata jatuh dari sumbernya. Dengan cepat ia seka air mata itu. Berbeda dengan Ernezt yang sejak mendengar berita itu air matanya mengucur deras. Semakin deras saat mendengar penjelasan dari dokter. Setelah mengakhiri penjelasannya, dokter mempersilakan keluarga masuk untuk melihat keadaan Muiz. Ernezt dan Arman terakhir masuk. Sejak masuk di rumah sakit, Arman selalu memeluk Ernezt. Takut kalau sewaktu-waktu Ernezt jatuh pingsan. Tak beberapa lama, Muiz terbangun. Melihat sekelilingnya dengan pandangan bingung. Semua orang mendekatinya. Entah kenapa, Muiz memanggil Arman dan Ernezt. Mereka mendekatinya lebih dekat dengan sebelumnya. Meminta ibunya yang masih disampingnya untuk memberikan ruang untuk mereka bertiga. Ibunya paham akan permintaan anaknya. Semua orang keluar kecuali Arman dan Ernezt. Mereka berdiri disamping Muiz, Arman di kanan dan Ernezt di kiri Muiz. “ kamu tak apa-apa, Iz.” kata Ernezt sambil bergetar. “ aku tak apa- apa kok.” timpal Muiz. “ syukurlah kamu tak apa-apa.” kata Arman.
“Ada sesuatu yang aku ingin omongin pada kalian berdua, mungkin ini omongan yang terakhir aku pada kalian.” kata Muiz. “ jangan gitu Iz, kamu jangan menakuti kami.” ,kata Arman. “ iya Iz, kamu jangan ninggalin aku.”, pinta Ernezt. “ begini. Nezt sebelumnya aku minta maaf karena aku tidak dapat menepati janji kita. Aku tak bisa menjagamu untuk seterusnya. Untuk itu aku meminta maaf atas segala kesalahanku padamu, maaf kadang aku menyakiti hatimu, kadang lupa menepati janjiku padamu, dan masih banyak lagi kesalahanku.”, jelas Muiz. Sambil menahan tangis dan menyeka air matanya, Ernezt, “ iya Iz aku maafin kok, aku maafin kesalahanmu jauh sebelum kamu meminta maaf, tapi jangan tinggalkan aku. Aku akan melakukan apapun agar kau bahagia.”. “Man, sahabatku dari kecil. Masihkah kau teringat waktu kita membuat sepeda rakitan sendiri bersama-sama.”, kata Muiz. “ Ya, aku ingatanku masih segar. Saat itu kau hampir saja jatuh dari sepeda rakitan sendiri itu karena baut ban depan terlepas. Kau melompat dan menghantam badan kurusku dengan badanmu yang maha besar waktu itu. Aku pingsan beberapa saat gara-gara kau, tapi kau malah mengguyurku dengan air sungai.”, kata Arman dengan senyum gembira. “ kau tahu kejadian setelah itu.”,kata Muiz. “Apa Iz ?”, tanya Arman. “ pedagang kaos di pinggir jalan memarahi aku karena ban depan masih menggelinding dan menggilas barang dagangannya. Aku disuruh mengganti beberapa ribu rupiah.”,jawabnya. Ketiga orang di dalam ruangan itiu serentak tertawa mendengar kisah klasik itu. “ Ooh.. pantas, kau meminjam beberapa ribu rupiah dariku untuk mengganti dagangan yang tergilas ban depan sepeda rakitan sendiri.”, tambah Arman. Sekali  lagi mereka tertawa lepas seakan tidak ada masalah antara mereka. Muiz berkata, “ Man,selama ini memang aku sudah banyak melakukan kesalahan terhadapmu. Suka memainkan perasaanmu. Asal tahu saja, dari dulu aku sudah tahu perasaanmu tentang aku dan Ernezt. Kau merasa sering kecewa terhadap prilakuku yang berubah. Apalagi menyangkut Ernezt. Aku tahu hati kecilmu. Kau suka dengan Ernezt, kan. Udahlah jangan kau pungkiri perasaan itu. Kau bukan pria normal kalau tidak suka dengan Ernezt. Akuilah.”, jelas Muiz. “ jangan ngawur kau Iz, kau masih dalam keadaan sakit, tuch lukamu masih basah.”, timpal Arman.
 “ Ada gunanya juga kalian berdua ada disisiku.”, kata Muiz. Tangan kanan Muiz meraih tangan kanan Arman dan tangan kiri meraih tangan kanan Ernezt. Muiz meyatukan tangan mereka lalu berkata, “ Man, aku serahkan tugas ini kepadamu. Kamu harus menjaga Ernezt untukku. Nezt, karena ini permintaan terakhirku maka tolong lakukan dengan baik. Aku akan berada selamanya di hatimu.”. “ kamu jangan bercanda Iz.”, kata Arman. “Iz, karena ini permintaan terakhirmu, aku akan lakukan untukmu.”, kata Ernezt sambil membendung air mata yang kering karena kehabisan air mata.
Tak beberapa lama kemudian, Muiz pingsan. Berkali-berkali Ernezt menepuk pipi kiri Muiz, tapi tidak ada reaksi. Dokter segera datang. Arman dan Ernezt menjauh dan saling berpegangan tangan berharap Muiz dapat diselamatkan. Tapi tuhan berkehendak lain. Muiz dipanggil ke sisi-Nya. Sedih sekali hati Arman dan Ernezt. Tapi ini adalah permintaan Muiz, maka harus dilaksanakan.
 


Di pemakaman umum, duduklah sepasang manusia yang sedang ber-ta’ziah ke makam kerabatnya. Di nisan tertulis “ Muhammad Muiz bin Afrizal Darmanto ”. Salah satu dari mereka berkata, “ Iz, sekarang kami sudah berkeluarga dan mempunyai satu orang anak. Aku berikan nama sesuai namamu. Muiz. Agar aku dan istriku ini selalu mengingatmu selamanya.”. setelah itu, mereka meninggalkan makam itu lalu masuk mobil di depan pemakaman. Kemudian meninggalkan tempat itu dengan tenang.


Tamat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar